A

Membina TKA/TPA Se-Kota Bekasi - Dengan Visi : Mencetak Generasi Qur'ani

Sabtu, 09 Agustus 2014

Metode Bercerita di TPQ/TPA sebagai Daya Tarik Santri

METODE BERCERITA DAPAT MEMPERCEPAT PEMAHAMAN SANTRI UNTUK MENERIMA MATERI.

Metode bercerita sangat disenangi santri dikala disampaikan para ustad dan ustadzah dalam proses pembelajaran. Dahkan bercerita ini sangat ditunggu-tunggu para anak didik. Untuk itu perlu adanya hari-hari khusus untuk menerapkan metode bercerita ini.

1. Pengertian Metode Bercerita

Bercerita adalah menuturkan sesuatu yang mengisahkan tentang perbuatan atau suatu kejadian dan disampaikan secara lisan dengan tujuan membagikan pengalaman dan pengetahuan kepada orang lain (Bacrtiar S Bachir:2005:10). Bercerita adalah menuturkan sesuatu yang mengisahkan tentang perbuatan, pengalaman atau sesuatu kejadian yang sungguh-sungguh terjadi maupun yang rekaan belaka. Metode bercerita merupakan salah satu pemberian pengalaman belajar bagi anak TK dengan membawakan cerita kepada anak secara lisan.

2. Unsur-unsur Metode Bercerita

Berdasarkan definisi tersebut, cerita mengandung unsur-unsur sebagai berikut :

a. Tuturan, yaitu upaya yang membentangkan bagaimana terjadinya suatu hal, peristiwa, dan kejadian.
b. Karangan, yaitu upaya yang menuturkan perbuatan, pengalaman atau penderitaan orang, kejadian, dan lain-lain, baik kisah nyata maupun rekaan.
c. Lakon yang mewujudkan atau dipertunjukkan dalam gambar hidup, sandirawa, wayang dan lain-lain.
d. Dongeng, yaitu cerita yang tidak benar-benar terjadi atau cerita rekaan belaka

3. Tujuan Metode Bercerita

Tujuan bagi anak usia 4-6 tahun antara lain sebagai berikut:
a. Memberikan informasi atau menanamkan nilai-nilai sosial, moral dan keagamaan, pemberian informasi tentang lingkungan fisik dan lingkungan sosial.
b. Anak mampu mendengarkan dengan seksama terhadap apa yang disampaikan oleh orang lain.
c. Anak dapat bertanya apabila tidak memahaminya.
d. Anak dapat menjawab pertanyaan.
e. Anak dapat menceritakan dan mengekspresikan terhadap apa yang didengarkan dan diceritakannya,sehingga hikmah dari isi cerita dapat dipahami dan lambat laun didengarkan, diperhatikan, dilaksanakan dan diceritakannya pada orang lain.

Adapun tujuan bercerita sebagai program belajar TK adalah sebagai berikut:
a. Mengembangkan kemampuan dasar untuk pengembangan daya cipta, dalam pengertian membuat anak kreatif, yaitu lancar, fleksibel, dan orisinal dalam bertutur kata, berpikir, serta berolah tangan dan berolah tubuh sebagai latihan motorik halus maupun motorik kasar.
b. Pengembangan kemampuan dasar dalam pengembangan bahasa agar anak didik mampu berkomunikasi secara lisan dengan lingkungan.

4. Fungsi Metode Bercerita

Menurut Prof. Dr. Tampubolon, 1991:50, “Bercerita kepada anak memainkan peranan penting bukan saja dalam menumbuhkan minat dan kebiasaan membaca, tetapi juga dalam mengembangkan bahasa dan pikiran anak”, dengan demikian, fungsi kegiatan bercerita bagi anak usia 4-6 tahun adalah membantu perkembangan anak. Dengan bercerita pendengaran anak dapat difungsikan dengan baik untuk membantu kemampuan berbicara, dengan menambah perbendaharaan kosa kata, kemampuan mengucapkan kata-kata, melatih merangkai kalimat sesuai tahap perkembangannya, selanjutnya anak dapat mengekspresikannya melalui bernyanyi, bersyair, menulis ataupun menggamar sehingga pada akhirnya anak mampu membaca situasi, gambar, tulisan atau bahasa isyarat. Kemampuan tersebut adalah hasil dari proses menyimak dalam tahap perkembangan bahasa anak.
Rangkaian urutan kemampuan mendengar, berbicara, membaca, menulis dan menyimak adalah sesuai dengan tahap perkembangan anak, karena tiap anak berbeda latar belakang dan cara belajarnya, untuk itu melalui bercerita guru diharapkan memahami gaya belajar anak baik individual maupun secara kelompok dengan mengembangkan pembelajaran terpadu dan tematik yang berpusat pada anak.

5. Manfaat Metode Bercerita

Metode bercerita dalam kegiatan pengajaran di TK mempunyai beberapa manfaat penting bagi pencapaian tujuan pendidikan TK antara lain:
a. Untuk menanamkan kejujuran, keberanian, kesetiaan, keramahan, ketulusan dan dan sikap-sikap positif yang lain dalam kehidupan lingkungan keluarga, sekolah dan luar sekolah.
b. Dapat memberikan sejumlah pengetahuan sosial, nilai-nilai moral, dan keagamaan.
c. Kegiatan bercerita dapat memberikan pengalaman belajar untuk berlatih mendengarkan.
d. Kegiatan bercerita dapat memberikan pengalaman belajar yang unik dan menarik, serta dapat menggetarkan perasaan, membangkitkan semangat dan dan menimbulkan keasyikan tersendiri maka kegiatan bercerita memungkinkan mengembangkan dimensi perasaan anak.
e. Untuk memberikan informasi tentang kehidupan sosial anak dengan orang yang ada disekitarnya dengan bermacam pekerjaan.
f. Dapat membantu anak membangun bermacam yang mungkin dipilih anak dan bermacam layanan jasa yang ingin disumbangkan anak kepada masyarakat.
g. Kegiatan bercerita dalam kaitan kehidupan sosial anak dapat dipergunakan guru untuk menuturkan bermacam pekerjaan yang ada dalam masyarakat yang beraneka ragam yang dapat menimbulkan sikap pada diri anak menghargai bermacam-macam pekerjaan.
h. Melatih daya serap anak, artinya anak usia dini dapat dirangsang, untuk mampu memahami isi atau ide-ide pokok dalam cerita secara keseluruhan
i. Melatih daya pikir anak, artinya anak dapat terlatih untuk memahami proses cerita, mempelajari hubungan sebab akibatnya termasuk hubungan-hubungan dalam cerita
j. Melatih daya konsentrasi anak, untuk memusatkan perhatiannya kepada keseluruhan cerita

6. Macam-macam Metode Bercerita

a) Membaca langsung dari buku cerita
b) Bercerita degan menggunakan ilustrasi gambar dari buku
c) Menceritakan dongeng
d) Bercerita dengan menggunakan papan flannel
e) Bercerita dengan menggunakan media boneka
f) Dramatisasi suatu cerita
g) Bercerita sambil memainkan jari-jari tangan

7. Bentuk-bentuk Metode Bercerita

Bercerita mempunyai beberapa bentuk dalam penyajiannya agar anak tidak bosan dalam mendengarkan cerita dan juga lebih bervariatif :
Bentuk-bentuk Metode bercerita tersebut terbagi dua, yaitu :

a. Bercerita tanpa alat peraga
Bercerita tanpa alat peraga adalah bentuk cerita yang mengandalkan kemampuan pencerita dengan menggunakan mimik (ekspresi muka), pantomin (gerak tubuh), dan vokal pencerita sehingga yang mendengarkan dapat menghidupkan kembali dalam fantasi dan imajenasinya.

b. Bercerita dengan alat peraga
Bercerita dengan menggunakan alat peraga adalah bentuk bercerita yang mempergunakan alat peraga bantu untuk menghidupkan cerita. Fungsi alat peraga ini untuk menghidupkan fantasi dan imajenasi anak sehingga terarahsesuai dengan yang diharapkan si pencerita.

Bentuk bercerita dengan alat peraga terbagi dua, yaitu :

a. Alat peraga langsung
Alat peraga langsung adalah alat bantu dengan menggunakan benda yang sebenarnya, misalnya : gambar pohon dan lain-lain. Sebelum bercerita sebaiknya memperhatikan hal-hal seperti :
a) Pencerita memperkenalkan dahulu alat peraga langsung
b) Membantu memusatkan perhatian anak/ memperoleh kesan anak
c) Pergunakan pada waktu yang tepat, dan
d) Anak dapat menikmati alat peraganya.

b. Alat peraga tidak langsung
Bercerita dengan menggunakan alat tidak langsung adalah bentuk bercerita yang mempergunakan alat bantu tiruan atau gambar-gambar. Alat tidak langsung terbagi atas beberapa jenis, yaitu :
a) Benda tiruan
b) Gambar-gambar yang terbagi atas gambar tunggal dan gambar seni (biasa berbentuk buku atau gambar lepas)
c) Papan planel

c. Membacakan buku cerita (story reading)
Membaca buku cerita adalah bentuk bercerita dengan cara guru membacakan buku cerita. Tujuannya memupuk anak cinta pada buku yang dapat berkembang kearah minat anak terhadap tulisan dan membantu kemantangan untuk belajar membaca.
Adapun, syarat yang harus dipenuhi oleh buku cerita adalah sebagai berikut :
a) Buku yang dipergunakan untuk story reading berisi gambar-gambar dengan kalimat-kalimat pendek yang menjelaskan gambar tersebut
b) Gambar-gambarnya berwarna, menarik, dan cukup besar untuk dapat terlihat oleh semua anak
c) Tidak mengandung unsur yang dapat mengaburkan arti gambar itu
d) Buku cerita mempunyai gambar depan yang mencerminkan isi cerita didalamnya
e) Bahasnya sederhana, sesuai dengan daya tangkap anak-anak
f) Ceritanya sesuai dengan minat anak serta tidak terlalu panjang

8. Syarat-syarat Cerita

Syarat-syarat cerita antara lain sebagai berikut.
a. Sesuai dengan tingkat perkembangan dan lingkungan anak-anak, tempat, dan keadaan.
b. Isi cerita harus bermutu pendidikan seperti nilai moral dan tujuan pengembangan bahasa anak-anak.
c. Bahasanya harus sederhana dan mudah dimengeri anak-anak
d. Memperhatikan daya kemampuan anak yang dibedakan berdasarkan usia, antara lain;
Usia 3-4 tahun tahap kemampuan mendengarkan cerita dari 7 s.d 10 menit.
• Usia 4-6 tahun tahap kemampuan mendengarkan cerita dari 10 s.d 20 menit.
• Usia 5-6 tahun tahap kemampuan mendengarkan cerita dari 20 s.d 25 menit.

(LPPA TARBIYAH BEKASI)